RUMAH KOSONG

 Maaf, ucapku kepada sesuatu. Aku tidak bisa memberikan argumen yang layak untukmu. Maaf, kita tahu bahwa setiap pertemuan ada perpisahan. Ucap kawan lama, kini engkau akan pergi dan mengorbangkan kami ini. Tidak, itu kesalah pahaman. Mengapa meninggalkan kami ? Aku tidak meninggalkan kalian, tapi aku tetap ada di dalam jiwa kalian. 

Aku akan membantu kalian dari apa yang aku bisa, itulah ucapku kepada mereka-mereka yang tidak memahami sebab meninggalkan tempat di mana kita di pertemukan. Teruslah optimis dan progres, tugasku sudah selesai, tapi dengan teori kemungkinan ini. Semoga kalian paham bahwa keluar dari tempat itu sungguh berat rasanya, antara duka dan sedih atau bertahan dan memulai bersama lagi.  

Tapi tidak bisa di pungkiri bahwa di antara kita tidak ada apa-apa, semua hanya kepentingan belakah mengapa demikian. Ya, manusia tidak ada yang saling memahami. Mereka berpura-pura dan seolah-olah yang paling menderita dan ujung-ujungnya saling menyalahkan satu dengan yang lainnya. Sungguh Luar biasa kehidupan di rumah itu, mereka-mereka murung dan hilang harapan dan hancurlah satu persatu harapannya. 

 Mari berdilektika pada pertemuan selanjutnya, begitulah hidup banyak hal yang tidak kita ketahui. Tetaplah hidup lalu bangkit di tengah-tengah kesunyian alam semesta. Dalam ruang kehampaan di rumah itu, aku mulai jatuh dan tidak ada yang menolongku, aku hanya sendiri. Lalu kalian menghakimi bahwa aku sebab dari semua itu, sungguh pemikiran dangkal. Tahunya cuma bisa menyalahkan orang-orang, apakah sebenarnya terjadi di rumah itu ? Ya aku tidak tahu, aku hanya berasumsi bahwa ada salah satu di antara kita yang cenderung membodohi dan menindas atas nama kelompok. 


Sebuah Rumah Yang Rusak

Salam Literasi

Yogyakarta, 04 November 2024


Patutlah kalian bersyukur manusia yang mampu secara material, orang tua kalian cukup hebat. Apa yang kalian pikirkan lagi ? Kenapa tidak membuat suatu metode (cara) untuk melanjutkan regenerasi meterial yang di miliki. Betapa ratus orang kelaparan di kota, desa, dan pinggiran-pinggiran kota. Bahkan mereka tidak pernah menginjakkan kaki di bangku sekolah dan tidak pernah makan makanan yang enak-enak. Tapi mengapa masih mengeluh dengan kehidupan yang rumit ini ? Aku pikir, aku yang paling menderita tapi ternyata hanya sekedar imajinasi belaka. Sungguh penderitaan orang-orang yang tertindas karena inflasi ekonomi yang di lakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. 


Kini berlabuh di kota yang penuh dengan berbagai ragam kemiskinan, aku hanya bisa menunduk dan meratapi nasibnya dan nasibku. Jalan setapak dan lika-liku perjalanan dalam kehidupan selalu ada titik terendah dalam kehidupan manusia, kini aku pilih jalan untuk mengenal siapa diriku dan akan berpihak kemana ? Apakah kepada Kaum materialisme, dan Kapitalisme. Tentu hal demikian sudah menjalar kemana-mana dan mengakar dalam kehidupan di tengah-tengah kehidupan. Dalam perspektif Kaum materialisme mengatakan bahwa Jalan satu-satunya untuk memperoleh revolusi adalah pembangunan Industri dan perlu kita pertanyakan bahwa apakah layak secara metodologis ? 


Kita sebagai manusia di berikan hak untuk memilih jalan, tentu jalan apa yang layak untuk di jadikan sebagai sandaran? Sistem apa yang layak untuk mengantarkan pada kebahagiaan ? Sistem apa kayak untuk masyarakat sehingga di Antarkan pada kebahagiaan ? Apakah manusia pernah mempersoalkan hal demikian ? 


Dalam diri manusia terdapat ruang dialektika, di mana bersifat dua-mensional. Manusia di tuntut untuk memilih jalan, apakah akan memili kutub A atau Kutub B. Masing-masing kutub tersebut saling bertikai untuk memperoleh sesuatu. Dan hal demikian bisa di katakan sesuatu yang kontradiktif pada manusia. Apa yang terjadi secara esensial hal demikian adalah pertentangan antara subjek dan objek, manusia sebagai subjek yang bisa merusak/mengeksploitasi alam. Tapi ketika, manusia memiliki pandangan dunia dan berusaha untuk mengungkap misteri dan tentang dirinya lebih dalam. 


Itulah teori kemungkinan yang di bangun atas dasar fenomena yang terjadi pada dunia modernisasi. Kemiskinan dan inflasi secara globalisasi mungkin bisa saja terjadi dan untuk membuktikan hipotesis tersebut. Tentu membutuhkan ruang analisis secara ilmiah dan dalam menelisik persoalan-persoalan tersebut manusia membutuhkan Metode. Lalu metode apa yang layak ? 


Yogyakarta, 09 November 2024☕

Salam literasi 🌹 


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

KATA YANG TAK SEMPAT TERSAMPAIKAN

Introspeksi Diri

Peradaban