Memeluk Sunyi
Sebagai seorang laki-laki dan perempuan, tentu saja dia tak menginginkan patah hati berulang-ulang. Layaknya seorang laki-laki dan perempuan pada umumnya, dia selalu berharap menemukan satu cinta lalu melewati kehidupan bersama sampai tua.
Di malam yang hujan di bulan November suara mendadak bisu kau satu dan kita menyatu.
Mengarungi gerak yang pelan, Tuan apakah kau merasa nyaman.
"Kerapuhan manusia dalam menjalani kehidupan"
Jika tak keberatan, aku ingin jadi tempat mu mengadu atas segala kesibukan mu yang sering kali ku cemburui, lampiaskan saja semuanya, telinga ku siap di buat dengung sejadi-jadinya. Sekali lagi, jika tak keberatan, izinkan aku meringankannya dengan memberimu kehadiranku.
Bagian terindahnya saat mereka orang-orang yang gagal dalam memahami diri sendiri, tidak mengumpati tentang apa-apa untuk kita harapkan namun tidak pernah berhasil apa yang kita inginkan.
Memberikan senyuman yang terindah untuk mereka-mereka yang dengan sengaja atau tanpa sengaja menyakiti, menyikapi dengan dewasa atas pembenaran-pembenaran personal yang saling berbenturan, menyakini bahwa setiap perjalanan hanyalah tentang ikhlas dan kehilangan, karena semua nya hanya berpulang dan tidak pernah benar-benar pergi.
Kita saja yang terkadang terlalu berharap dan naif untuk menyadari, tentang menangkap ungkapan-ungkapan maaf yang bertaburan tanpa pernah menang melawan ego terucapkan.
Aku hanya ingin menulis dan berkisah penghianatan dan cara memaknai perasaan yang penuh dengan luka. Benar apa yang kau lontarkan waktu itu, aku adalah manusia jahat. Memang benar dan itu tidak salah sama sekali, aku hanya merenungkan bahwa apakah perkataan itu sesuatu yang di lontarkan dengan sengaja atau tanpa sengaja.
Aku tersungkur di sudut kota dan tak akan kembali, aku hanya kehidupan kelam bukan orang beradat, berketurunan, dan kaya raya. Aku hanya kehidupan di buang di persimpangan jalan. Apakah kita akan merasakan perasaan yang penuh dengan luka ?
Tunjukkan lah cinta mu kepada orang yang benar-benar memahami mu, biar cintanya merasa bertambah. Biarkan kerinduan ini sebagai penyiksaan batinku, jangan hiraukan aku nona. Hatiku tetap peduli dan aku akan tetap mengawasi mu, menjagamu melalui pesan alam semesta.
Bunuhlah aku, lalu lupakan. Ruang itu berantakan berserakan kenangan wajahmu yang indah. Kenangan berdebu, tak niat membereskan nya karena penghuni nya tak mau menerima tamu.
Cinta terlahir dari rasa kasih di dalam sanubari setiap makhluk hidup. Namun, tanpa ada yang menjemput, dia akan tak berjalan sebagaimana mestinya.
Sudut kota
Yogyakarta, 25 November 2024
Komentar
Posting Komentar