Malam

 "Malam itu, aku merasa tegang terjebak di suatu tempat yang asing. Tempat yang bahkan tidak pernah ku banyangkan di mana aku tidak perlu tersenyum atau mengangkat bahu: Selain, tidak tahu. Dan, aku tidak ingin menjanjikan apapun. Selain, merapal namamu kala sepertiga malam, sepanjang umur. Terlepas dari berperan sebagai siapakah kamu di dalam kehidupanku pada masa depan. 

Menebarkan di dalamnya pengalaman mengenal dan menebar cinta kepada siapa saja. Aku merenung, bahwa harus ada perenungan dalam setiap pengalaman manusia. 

Tapi aku, memikirkan bahwa tidak ada orang yang memahami aku. Aku terbuang jauh dan aku takut pulang. Tapi, aku akan menaburkan bunga mawar di jalan-jalan yang telah ku singgahi. Malam aku merasa kekosongan, aku terseret arus laut dan tak ada yang menolong ku. Lalu kepada siapa aku akan mengandu lagi ? Apakah kepada manusia, apakah kepada laut, apakah kepada bumi, gunung, bintang, matahari, dan Bulan ?

Rasanya aku telah tiada, rasanya aku mau pulang. Pulang, lalu hilang dan biarkan alam semesta memberikan tanda-tanda nya bahwa aku telah hilang. Entahlah, aku masih menaruh kepercayaan pada sekian detik yang sudah jauh tertinggal di belakang. Jadi biarkan ku ceritakan padamu.


Salam literasi 🌹


Berpikir berbicara nya jiwa dengan dirinya sendiri. Aku terheran-heran mengapa aku hilang, langit tolong kembalikan diriku yang hilang. 

Kepada hujan yang membasahi apa saja yang di gapainya, hujan telah membahasahi tanah yang gersang dan tandus. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk memperoleh kemanfaatan saripati tanah, manusia menghiraukan hujan karena hujan dapat membawa kerusakan.

 Tapi hujan tak bisa bicara apa-apa, sebab ia di bungkam dan di kuncilkan. Rerintihan dan berjatuhan butir demi butir untuk membasahi wajah, kini aku menyadari bahwa aku tak bisa apa-apa ketika hujan menyerbu bumi. 

Aku berharap suatu saat ada yang paham, apa yang ku rangkai kata perkata. Sebab, di dalam nya ada harapan, cinta, dan kehidupan.

Aku adalah langit biru yang di perjalankan untuk menemukan cinta, keadilan, dan kebenaran. Aku bukan laut bercerita tapi kehidupan kami sama, sama-sama berjuang untuk menyingkap kebenaran, keadilan, dan cinta. 

Laut penuh dengan berbagai spesies dan langit penuh dengan berbagai ragam galaksi. Laut dan langit adalah sepasang yang melawan ketidakadilan. Mereka mati berkali-kali tapi hidup berkali-kali untuk membawa pesan melalui alam semesta. 

Ketika langit bergemuruh maka laut akan mengguncang dunia dengan air yang di tumpukan nya. 


Laut dan langit 

Salam literasi 🌹 

Jumat, 25 Oktober 2024 


"Tercabik-cabik"

Terkadang, ada pilihan yang menyedihkan dan terkadang ada pula pilihan yang terdengar sangat menyenangkan. Namun pada kenyataannya, semua pilihan akan berakhir bagaimana kamu menyingkapi suatu keputusan.


Menjalani kehidupan lebih sulit daripada mendekatkan diri pada sebuah tragedi yang mendatangkan sebuah kematian.


Dan semua tidak akurat tak kalah imajinasi ku menghampiri ku bahwa "Kematian itu menyenangkan, bahagia, dan ketakutan"


Lalu mau pilih yang mana ? Kita seolah-olah tak saling memahami. Ia sudahlah, sebagaimana pun manusia tak akan saling memahami. 


Aku bermimpi suatu saat manusia akan saling mencintai dan memahami. Ah, itu cuma kata-kata yang tak punya makna. Hanya omong kosong belaka, toh kita hidup di dunia datang dengan sendiri dan pulang pun juga sendiri. 


Selamat jalan lelaki yang sebelumnya tercabik-cabik Dengan harapan yang ia dambakan pada sosok bunga mawar. Tapi, harapan nya di tusuk oleh duri bunga mawar yang cantik jelita itu. Sayang, sungguh malang nasibmu. Tak apa, biarkan jiwa-jiwa ini tercabik-cabik sampai ia tak akan bangkit lagi. Lalu pulang pada pangkuan kekasihnya, pada akhirnya kita akan pulang. 


Salam literasi 🌹 

Yogyakarta, 27 Oktober 2024

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

KATA YANG TAK SEMPAT TERSAMPAIKAN

Introspeksi Diri

Peradaban