KATA-KATA

 Pagi itu terasa di antara menyedihkan dan bahagia, aku tersenyum sendiri melihat kelakuan yang pernah ku perbuat. Entah apa yang merasukiku, kehilangan diri sendiri adalah salah satu cara untuk memeluk keterpurukan dengan dimensi kebahagian. Ya, namanya juga manusia. ia pasti pernah mengalami stagnasi dan dia hanya merenungkan apa-apa yang sudah terjadi padanya. Maka kegelisahan itu, aku tuangkan dalam bentuk kata dan tulisan. 

Maaf, Aku membuatmu merasah tertekan dengan keputusan yang ku lontarkan dan kamu hanya terdiam. Maaf, Kata-kata ini hanya berupah pesan untuk menghidupkan semangatmu. Aku tersenyum, imanji terus menghantui diriku, sungguh seakan-akan aku sudah sampai pada titik kepasraan. Tak apa, suatu saat mungkin kita akan di pertemukan pada dimensi yang berbeda, Ya kita tidak tahu kemana hidup ini akan membawa kita. Apakah benar demikian ? 

Pagi itu hanya di temani secangkir kopi, Tembakau, musik, dan buku yang menumpuk di hadapanku. Lalu imanji mengajakku untuk menulis sebuah kata demi kata. Musik tak kalah hebat, musik itu menemani kegelisahanku. Aku ingin hilang saja dari dunia ini, tapi ternyata hidup itu lucu dan menyakitkan. Sungguh lucu, hingga ia membuatku terdiam dan entah kemana aku akan menumpahkan kegelisahanku. 

Aku hanya berharap dan berharap bahwa itu semua adalah ulahku, sebab dari aku. setiap sebab pasti ada akibat. Ya, itulah yang terjadi. Aku mulai mengidetifikasi dan mengaduh kepada TUHAN bahwa "Benar demikian akulah yang memulai jatuh cinta padanya" Kecintaaku padanya sungguh membuatku gila, sampai-sampai aku kehilangan diriku sendiri. 

Aku menghela nafas dan bangkit untuk melanjutkan kata-kata yang tak memiliki makna ini, tak apa mungkin suatu saat engkau akan membacanya. Tak kalah aku telah tiada, tapi suatu saat alam akan memberikan pesan bahwa. Aku akan tetap ada, meskipun aku telah mati. Kematian itu Adalah sesuatu yang Niscaya tak ada manusia yang bisa menolaknya. 

Sampai di sini kau harus tahu bahwa aku tak layak berada di tempat itu, kenapa demikian. Karena aku telah membuatmu takut. 

Selamatkanlah dirimu, biarkan aku bertarung sendiri, biarkan aku hidup dengan sendiri. Toh, pada akhirnya kita akan pulang dengan sendirian. Selamat Engkau telah menang. Mengalahkan aku, lalu meninggalkan aku yang begitu terpuruk, tak apa mungkin itu jalan engkau pilih. Mungkin di antara kita tidak ada keselarasan. 

Carilah tempat di mana engkau di perlakukan bagaikan orang-orang yang di pahami, bukan merasakan ketakutan. Biarkan aku memeluk diriku sendiri, Aku yakin engkau akan menemukan tempat yang layak dan selaras dengan dirimu. 

Mari berduka......

SALAM LITERASI

Yogyakarta, 29 Oktober 2024



“Terima kasih, ” katanya

semua aku dirayakan

“Jangan menangis, ”

ku dibuai sampai tenang

Diciumnya api marahku

Ternyata kacau bisa luluh

“Jangan menangis”

Biar tenang ku dibuai

Jika malam datang dan takut menyerang

Kau genggam apa yang kuragukan

Tiada yang bilang badainya kan reda

Berhadapan dengan cahaya yang kerap membutakan

Tiada yang bilang jawaban kan datang

Jauh dari seram yang selama ini telah kubayangkan

Semua aku dirayakan

Hati ku seberat dunia

Semua bentuknya kau rayakan

Menangis pun kau penuh tenang ku dibuai

Jika malam datang dan takut menyerang

Kau genggam apa yang kuragukan

Tiada yang bilang badainya kan reda

Berhadapan dengan cahaya yang kerap membutakan

Tiada yang bilang jawaban kan datang

Jauh dari seram yang selama ini telah kubayangkan

Semua aku dirayakan. Tulisan ini sebagai kenangan waktu pulang ke kampung halaman.


Sinjai 08 Agustus 2024

Salam literasi 🌹


Jika kematian ku lebih dahulu datang daripada kedatangan ku untuk melamar mu, maka selamat kamu adalah perempuan terakhir yang aku cintai sampai mati. Aku mulai merangkak untuk memulai kehidupan, aku kehilanganmu dan aku bingung mau mengaduh kemana. 

Hari berganti ke bulan, bulan berganti ke tahun. Tahun tak mengerti apa-apa yang kita lalui, seakan-akan melaju begitu saja. Tanpa ada yang saling menyapa di antara kita berdua.

Angin tak menginginkan daun-daun berguguran namun daun-daun tetap berguguran. Terima kasih, telah berkunjung di rumah yang dulunya sepi. Kini berlabuh di tempat tanpa di sambut hangat olehmu, tak apa mungkin suatu saat nanti kita akan saling berguguran di antara dedaunan. 

Soreh mulai menjelma, menandakan bahwa malam akan tiba. Tapi apakah kita akan sampai di pelabuhan yang pernah kita ucap bersama, mungkin ada dua kemungkinan bahwa tercapai atau tidak. Itulah teori kemungkinan yang aku buat. 

Penyangkalan memang akan selalu ada, jika suatu kepastian tak kunjung menghampiri mu. Maaf, katanya. Tunggu saja pasti ada ruang untuk tumbuh bersama dan memulai apa-apa yang sudah RUNTUH dan BERGUGURAN. 


Ayo mulai kembali....

Dedaunan BERGUGURAN

Salam literasi 

Jangan lupa membaca 


Di waktu itu, Universitas Cokroaminoto Yogyakarta. 29 Oktober 2024

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

KATA YANG TAK SEMPAT TERSAMPAIKAN

Introspeksi Diri

Peradaban