Ambiguitas

 Malam adalah kembalinya tubuh istirahat, tapi aku merenung dengan ditemani kopi, buku, tembakau yang dihisap, dan seisi kamar. Jiwa berbicara dengan sendirinya dan berkata apakah diri ini sanggup menerapkan apa-apa yang dipelajarinya ? Diri berusaha mendidik dirinya tapi kadang kecenderungan diri tidak sesuai dengan fitranya. 

Diri mulai pesimis tapi berusaha bangkit dan berkata apakah kita akan menyerah di perjalanan ? Apakah kita sanggup melalui semua dinamika yang terjadi ? aku kadang menatap langit-langit kamar dan bunga yang ada dihadapanku  dan menyandarkan tubuh pada kursi. Dan kembali bangkit, entah imajinasi hanya kepikiran untuk menulis. Dan apakah yang harus di tulis ? Apakah tentang kehidupan ? Apakah tentang penderitaan ? Dan Apakah tentang cinta ? 

Semua hal dan memang harus dimulai, tapi sampai kapan kita akan memulai terus. Namun apabila kita di tanya apa yang menjadi landasan dan tujuan yang dapat memuaskan kita mau mengorbankan semua kepentingan diri dan menanggung segala bentuk kesulitan dan penderitaan ? Kutipan buku Jejak-Jejak Ruhani, Murtdha Muthahhari

Apakah ada manusia yang benar-benar peduli dengan penderitaan kita ? Apakah ada orang yang menganggap kita benar-benar ada untuk Nya ? Apakah ada yang betul-betuk mencintai kita ? Bukanka mereka semua palsu ? 

Bacala dirimu wahai jiwa yang jenuh dan dipatahkan oleh harapan kepalsuan. pada akhirnya hanya diri yang mampu memahmi apa yang kita pikirkan. Hanya buku, kopi, dan cinta dapat membuka cakrawala pengetahuan. 

Yogyakarta 12 Mei 2024

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KATA YANG TAK SEMPAT TERSAMPAIKAN

Introspeksi Diri

Peradaban