KEJENUHAN
JIWA YANG JENUH
Aku di antara hakikat, kita adalah penuh dengan kegelisaan. Gelisa karena terjadi ketidak seimbangan pada diri kita (Jiwa). jiwa ambiguitas itu seharusnya mencari perjalanan agar kembali menemukan gerbang yang hakikat itu. Tapi karena lemanya kesadaran, pada hakikatnya jiwa membutuhkan pembimbing sehingga mendapatkan ketenangan atau keseimbangan. Kita adalah kegelisaan itu, jiwa psikologi cenderung mendominasi mengguasai diri (Nafsu). Ego, Ambisi, Kekuasaan, Bahagia, dan Ketakutan terhadap realitas (Alam).
Nafsu seharusnya di kelola dan diramu dengan baik, tapi karena jiwa belum mengenal dirinya (Pemahaman diri sejati). Itulah sesungguhnya di cari agar jiwa kembali mendapatkan ketenangan walaupun banyak dinamika yang menerpah kita. Dan aku merenungkan bahwa mustahil seseorang memperoleh ketenangan sebelum melalui tahap pra-syarat tertentu. Ketenangan jiwa adalah Pra-Syarat untuk mengenal dirinya (diri sejati), olehnya kita membutuhkan pembimbing atau yang kita sebut GURU dan memberikan wejangan (Bathin).
kita harus mencari jalan yang benar dan lurus, mengetahui jalannya adalah fitra kita dengan cara "kunci ilahi" sebab terdapat ruang kemungkinan kita mengimani suatu keyakian secara menyeluruh. Tapi tidak memahami secara menyeluruh, itulah yang kita alami sekarang dizaman modern ini. Akal secara fitra memiliki hak mutlak untuk mencapai hakikat cinta itu.
Yogyakarta 22 April 2024
Komentar
Posting Komentar