Introspeksi Diri
Hari ke hari, bulan ke bulan, tahun ke tahun. Rasa-rasanya memang stagnan pada satu tempat, rasanya hambar. Diri ini berusaha mencari sebabnya. Barangkali bisa menemukan faktor apa yang mempengaruhi, dan nyatanya bukan lagi di wilayah pikiran. Tapi cara pandang belum selesai di wilayah Pengetahuan, diri ini diselimuti kabut hitam sehingga tak dapat mengenal esensi pencipta nya.
Hanya kekuatan lah bisa membuat semua nya bertahan dan walaupun banyak dinamika dan konflik saling berseteru satu sama lain. Hanya kekuatan kebaikan, keramahan, dan tata Krama
Ketika yang di cari bukan lagi tentang senang dan menang tetapi perasaan yang tenang.
Begitu banyak dinamika individu-individu yang belum selesai di wilayah Pengetahuan. Sehingga terjebak di wilayah materialistis, kita tidak menolak material tapi yang jadi kekeliruan adalah memiliki corak pemikiran materialistis.
Pernahkah kita bertanya apakah hal-hal tersebut dapat memenuhi kebutuhan Ruhani kita mestinya materi itu hanya sampai pada kebutuhan Jasmani kita. Tapi mengapa mereka-mereka tidak merasa puas dengan apa yang di milikinya. Rakyat cuma bisa membaca harapan dan membaca doa tapi ingat rakyat juga mampu mengamuk.
Kita di penjara, oleh diri kita sendiri. Kita berada di zaman baru dan generasi baru, sudah seharusnya kita tidak terpenjara. Tapi realitanya sebagian manusia hanya sibuk memperbaiki dirinya, mempercantik diri, memoles wajah nya dengan melebihi batas, dan Hanya sibuk memperbaiki fisik nya. Lalu bagaimana dengan yang autentik dari dirinya apakah mereka memberikan makanan untuk kebutuhan rohaninya
30 April 2024
Yogyakarta
Jangan lupa membaca 🌹
BalasHapus