Larah


Malam jadi saksi bisu bahwa manusia hanya pura-pura kuat, harap gelap bisa di taklukkan dengan langkah-langkah yang tak tampak dan menatap senyuman terlihat saat itu. Tuhan izinkan aku jadi pendosa, mengaduh, bersedu, dan tetap tertera padamu. Walaupun bosan mengalami suka, terdengar tentang suara samar tentang luka. Hilang entah kemana. Harap kenyataan memihak menuntun ku dalam keteduhan hatimu tuhan. Jangan biarkan semesta tertawa, masih terbalut dengan harapan. 


Ada hatinya penuh dengan luka dan dia mengadu kepada Rab nya. Aku mau pulang dengan jalan itu, tapi jika kepada engkau kemana lagi aku akan mengadu. Peluklah aku dengan yang lemah ini. Karena padamu tempat sebaik-baiknya berharap. Hidup lebih bahagia, terkadang kita hanya perlu mengakui bahwa kita sedang tidak baik-baik saja. Mengerti bahwa apa itu jatuh dan perlu merasakan bagaimana itu bangkit, proses, setia, dan perjuangan. Untuk siapa pun yang mendengar ini jika hari mu terasa berat. Tak apa, menangislah. Menangis bagian dari manusia. Jangan menahan air mata sendiri. Segala sesuatu akan baik-baik saja. Semangat Yaa


Kamu punya ruang tersendiri dalam hati ini, kamu abadi di jiwaku, kamu abadi di tulisan ini. Aku hanya menyampaikan bahwa aku yang memulai segala nya. Tapi lihatlah, aku yang paling terluka, lucu iya. Di manakah aku harus untuk memulai lagi ? Apakah aku harus berjalan tanpa kau ? Maaf, karena telah menghancurkan segala nya. 


Aku harap engkau menemukan sesuatu layak yang dapat mengantarkan kamu pada cinta keabadian, aku berharap Engkau menemukan cinta yang pasti (HAKIKAT). Selamat, engkau mengalahkan aku. Aku hanya bisa mencurahkan segala kesalahanku pada sebuah aksara, tulisan, dan jiwa ku. Aku ingin mengaduh kepada sang illahi bahwa engkau adalah sosok manifestasi "Sang Maha Sabar" kau menyiksaku dan membunuh ku secara perlahan. Ternyata kata maaf ku tidak pernah Engkau mengerti atau itu hanya hipotesis (Dugaan) belaka ? Mungkin, segala nya menjadi kata-kata omong kosong apa yang ku rangkai dalam bentuk bahasa tidak memiliki nilai.


Aku hanya berbicara dengan sendiri, jiwa ku meronta-ronta untuk meluapkan semua ke egoanku. Tapi, biarkan aku berkenalan dengan diriku sendiri. Biarkan, Biarkan, lalu mati perlahan-lahan. "Jangan kecewakan hati yang berlindung kepadamu" aku hanya seorang pendusta, aku tidak memahami mu tapi adakah manusia yang saling memahami ? Adakah manusia yang saling memahami dan mencintai ? Lalu kenapa aku mati. Aku tidak bisa terbang lagi, aku tidak bisa mendalami dirimu. 


Kemanakah aku akan mengandu ? Apakah kepada alam semesta, langit, laut, atau kepada manusia-manusia yang sama. Sama-sama tidak saling memahami, mereka hanya sekedar ingin tahu problem kehidupan kita, tapi Engkau harus paham bahwa manusia itu tidak ada yang benar-benar memahami. Suatu saat mereka hanya akan membuat terjatuh lagi, Rindumu akan terukir dengan pengetahuan dan aku akan menulis tentang mu. Hingga kau kelak akan tahu bahwa tulisan ini akan terus ada walaupun aku telah tiada.


Saat engkau mencari aku dan aku telah tiada, maka kembalilah untuk membaca buku, tulisan, sajak, puisi, alam semesta, dan manusia. Engkau akan menemukan aku melalui perantara dan tanda-tanda yang engkau bisa untuk mengenali nya. Aku hanya selembar kertas hitam, aku bukan selembar kertas putih. Mungkin engkau tak mengenali kertas hitam ? Mungkin engkau hanya dapat mengenali kertas putih. Tapi, satu hal yang perlu kau ketahui aku adalah kertas hitam. Akulah pembendaharaan kertas hitam yang MENJELMA untuk memberikan tanda-tanda di manapun engkau berada. Maaf, aku akan pulang. Maaf aku mematahkan harapan-harapan mu, Maaf aku merindu kan mu. 


Jujur ku mungkin terdengar melebih-lebihkan, tapi aku memang mencintai mu dengan berlebihan.


Salam literasi 

Yogyakarta, 22 November 2024



Jika jatuh rasaku beralaskan karena fisikmu, mungkin akan mudah untukku mencari sang pengganti.


Andai membersamaimu beralaskan materi, mungkin perpisahan ini bukan karena takdir, melainkan karena pilihan.


Kerelaan, juga keikhlasanmu. Adalah hal yang paling indah yang pernah kumiliki, sehingga membuatku merasakan jatuh cinta berkali-kali pada orang yang sama.


Dan benar apa yang pernah dibilang oleh mendiang BJ Habibi. Jika orang yang telah kehilangan pasangan sejatinya, membuat ia tak lagi takut akan kematian. Sebab ada kerinduan yang begitu dalam, seolah ketiadaan menjadi titik awal sebuah pertemuan.


Seakan sulit untuk dipercaya, jika ikatan batin antara dua orang manusia yang saling mencinta bisa tak sesederhana yang kukira.


Namun begitulah adanya ...


Yogyakarta, 23 November 2024

Salam literasi 🌹 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

KATA YANG TAK SEMPAT TERSAMPAIKAN

Introspeksi Diri

Peradaban